Tugas Kelompok Psikologi Sosial II
PSIKOLOGI
SOSIAL II
Aplikasi
Psikologi Sosial dalam Bidang Politik

KELOMPOK
3 TEMA 2
1171040001 ANDI WAHYUNI PRATIWI
1171040002 AZMUL FUADY IDHAM
1171040009 SRI UTAMI HALMAN
1171040010 ANDI
DIAN FAJRIAH
1171040071 NOOR FAJRYANTI
1171040070 ANDI
RAMLAN
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2011-2012
KATA
PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas Berkat, Rahmat, karunia dan izin-Nya-lah sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi Sosial II ini yang berjudul APLIKASI
PSIKOLOGI SOSIAL DALAM BIDANG POLITIK. Tak
lupa pula kami kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar junjungan kita
Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang-benderang.
Makalah Psikologi Sosial II ini
kami susun secara praktis, objektif, ilmiah serta disesuaikan dengan
perkembangan mahasiswa di Indonesia saat ini, sehingga rekan-rekan mahasiswa
dapat dengan mudah memahami, mengkaji dan menganalisis keseluruhan isi makalah
ini.
Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen
mata kuliah Psikologi Sosial II atas ilmu dan bimbingan yang diberikan untuk
kelancaran penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang ikut membantu dalam penyelesaian tugas makalah Psikologi Sosial
II ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah dapat dikatakan sempurna,
kami masih membutuhkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun agar makalah
ini bisa menjadi bahan
bacaan yang berguna, berbobot, menarik dan bermanfaat sesuai dengan tujuan
disusunnya makalah ini sebagai bahan belajar pendidikan Kewarganegaraan.
Amin.
Makassar, 12 April 2012
KELOMPOK 2 TEMA 3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di era globalisasi ini,
banyak ditemukan berbagai konflik politik yang merajalela di Indonesia. Hampir
sebagian besar tokoh politik di Indonesia dipersepsikan oleh masyarakat sebagai
orang-orang yang tidak memiliki paradigma yang baik, tetapi paragidma-paradigma
para politikus bisa diubah dengan adanya pengaplikasian psikologi sosial. Psikologi
sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai
berubah. Dalam psikologi modern,
psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah
memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa
dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan
yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa
untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan
situasi, permasalahan, dan budaya.
Serge moscovici seorang
psikolog sosial Perancis menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan
diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial
mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu sistem sosial yang lebih
luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi,
dan ekonomi. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas
dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus
ini psikologi sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain
itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami
relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial.
B.
Rumusan
Masalah
a. Apa
definisi dari psikologi sosial dan politik?
b. Apa
hubungan antara psikologi sosial dan ilmu politik?
c. Bagaimana
mengaplikasikan psikologi sosial dalam bidang politik?
C.
Tujuan
a. Mengetahui
definisi psikologi sosial dan politik
b. Mengetahui
hubungan antara psikologi sosial dan ilmu politik
c. Menjelaskan
pengaplikasian psikologi sosial dalam bidang politik
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Definisi
Psikologi Sosial dan Politik
Psikologi
berasal dari bahasa Yunani “psycos”
yang berarti jiwa dan “logos” yang
berarti ilmu, jadi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia.
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan
kelompok. Psikologi sosial juga sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami
asal usul dan sebab-sebab terjadinya perilaku dan dan pemikiran individual
dalam konteks situasi sosial.
Sedangkan
politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics,
yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika
- yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites
- warga negara) dan πόλις (polis –negara kota). Secara etimologi
kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata
"politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata
"politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Jadi dapat disimpulkan bahwa politik adalah poses pembentukan dan
pembagiankekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud prosespembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal
dalam ilmu politik.
b.
Hubungan
Psikologi Sosial dan Ilmu Politik
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah
pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan
dalam kelompok atau golongan, karena psikologi pada umumnya memperhatikan
tentang kehidupan perorangan. Hubungan
psikologi sosial dalam analisis ilmu politik dapat diketahui bila kita sadar
bahwa analisa sosial politik secara makro dan diperkuat dengan analisa yang
bersifat mikro. Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern
maupun segi intern. Dengan itu ilmu politik dapat menganalisis secara
lebih mendalam makna dan peran orang kuat, kondisi sosial ekonomi serta
ciri-ciri kepribadian yang memungkinkannya memainkan peran besar itu. Psikologi
sosial juga dapat menjelaskan bagaimana kepemimpinam tidak resmi turut
menentukan suatu hasil keputusan dalam kebijakan politik dan kenegaraan. Psikologi
sosial menjelaskan pula kondisi-kondisi apa yang akhirnya dapat meredakan sikap
dan reaksi masyarakat terhadap gejala baru yang dihadapinya itu.
Jika
dahulu psikologi agak diabaikan dalam penyelidikan ilmu politik, dewasa ini
keadaan itu berubah. Pengetahuan psikologi diperlukan dimanapun dan kapanpun
diadakan penyelidikan politik secara ilmiah. Menurut Lasswell, di AS kini ilmu
politik sedang mengalami peninjauan kembali atas metode serta peristilahannya.
Peninjauan kembali ini terutama disebabkan oleh pengalaman dalam pelaksanaan
prosedur-prosedur psikologis dalam penyelidikan ilmu politik. Menurut Lasswell,
psikologi akan memainkan perannya yang lebih besar lagi di masa depan, karena
bertambah intensifnya perjuangan untuk mempertahankan dan memperoleh kebebasan
individu.
c.
Aplikasi
Psikologi Sosial dalam Bidang Politik
Persoalan
agama merupakan hal yang sensitif karena menyangkut hubungan pribadi antar
manusia dan Tuhan. Jadi keimanan beragama merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipaksakan. Setiap usaha memaksa, dengan cara mewajibkan agama tertentu
merupakan pelanggaran serius terhadap hak pribadi (siagian,1987). Oleh karena
itu penghinaan atau penghujatan terhadap agama tertentu menjadi persoalan
serius yang sulit untuk diatasi, apalagi hanya memandang dari persfektif hukum
positif, indonesia merupakan negara pertemuan agama-agama di dunia.
Keanekaragaman
agama yang ada di Indonesia dapat dikatakan tidak menimbulkan permasalahan
namun menunjukkan adanya saling toleransi. Adi subroto 1993, menjelaskan hanya
indonesia yang mempunyai rasa keagamaan yang monoteisme demikian menyatu secara
alamiah dengan masyarakatnya, contohnya ada beberapa tempat yang masih
menghormati hewan yang di sakralkan oleh agama tertentu. Jadi pada dasarnya
umat agama yang berbeda-beda di Indonesia mempunyai dasar untuk hidup rukun dan
berdampingan bersama. Namun demikian, searah dengan perubahan yang terjadi di masyarkat
menyebabkan perubahan pola dalam hubungan kehidupan keagamaan, antara lain ada
banyak kasus kerusuhan besar yang disebabkan oleh faktor perbedaan agama.
Moderenisasi
dalam masyarakat adalah suatu proses transformasi; suatu perubahan dalam segala
aspeknya (Schoorl, 1991). Perubahan tersebut antara lain meliputi
a. Bidang
politik;
Dari sistem yang
menganut kekuasaan kepala adat yang sederhana digantyikan dengan sistem
pemilihan umum perwakilan dan birokrasi.selain itu persoalan agama dilariakan
menjadi persoalan politik, karena dukungan politik sangat diperlukan untuk
membesarkan suatu kelompok agama tertentu. Maka akhirnya persoalan agama
menjadi kendaraan politik bagi pemimpinnya.
b. Bidang
sosial;
Adanya mobilitas geografis dan
sosial cenderung merenggangkan sistem hirarki yang sudah ada. Anggota
masyarakat yang sebelumnya mempunyai sikap kebersamaan dan keterikatan yang
tinggi pada desa/adat istiadat serta pada tetua adat atau sesepuh, sekarang
sikap tersebut menjadi semakin berkurang dan bahkan hilang sama sekali.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
proses moderenisasi dan globalisasi ini lambat laun tentu akan terjadi pada
setiap bangsa / masyarakat yang di dunia. Kemajuan-kemajuan teknologi dari
negara-negara barat mau tidak mau akan terus merambahh deras kenegara-negara
lain di dunia ini terutama negara-negara yang sedang berkembang . karena
masyarakat dunia akan menganggap bahwa modernisasi sangat diperlukan untuk
memajukan kehidupan, dimana modernisasi di segala bidang kehidupan dianggap
mempunyai pengaruh positif. Masyarakat menjadi lebih efektif dan efisien dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Namun demikinan seperti dua sisi mata uang dampak
negatif dari adanya perubahan sosial menyertai hubungan sosial atau
keberagamaan.
1.
Faktor
penyebab pertentangan antar umat beragama
Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya permasalahan / pertentangan antar umat
beragama, antara lain:
a. Adanya
prasangka sosial; prasangka merupakan fenomena yang terjadi antar kelompok yang
cenderung berkonotasi negatif (kappuswany, 1973 ). Prasangka bisa muncul karena
adanya konflik atau kompetisi antar kelompok. Prasangka tersebut terkait dengan
stereotip negatif pada kelompok lain atau stigma yang akan melekat dan
diturunkan terus menerus sehingga akan menjadi prasangka tersebut terlihat
sebagai dosa turunanyang akan selalu ditularkan dari suatu generasi ke generasi
lainnya. Pada akhirnya prasngka yang tak kunjung selesai akan menciptakan
keinginan untuk melakukan diskriminasi dalam berbagai bidang kehidupan.
b. Fanatisme
yang berlebihan dan keliru dalam kehidupan beragama bisa muncul bila terjadi
adanya pandangan yang mengagung-agungkan agamanya, namun menganggap rendah
agama lain. Maka segala hal yang menyangkutg agama lain di anggap sebbagai
sesuatu yang negatif atau bahkan lebih
jauh di anggap sebagai musuh yang harus di hormati.
2.
Menggalang
toleransi sebagai solusi efektif dalam penyelesaian konflik anntar umat
beragama
Permasalahan-permasalahan
konflik antar umat beragama seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih serius
dari semua pihak karena penyelesaiannya persoalan ini harus lebih komprehesif.
Beberapa solusi tersebut antara lain.
a. Lebih
cepat dan tanggap dalam memperhatikan berbagai ketidakpuasan yang terjadi di
masyarakat, sebagaimana diketahui ketidakpuasaan menjadi faktor utama munclnya
gerakan sosial, selama masih banyak persoalan tentang ketidakadilan,
penganguran dan tekanan ekonomi dikaitkan atau dijadikan dasar munculnya
konflik antar umat beragama.
b. Perlu
tindakan hukum yang lebih tegas dan transparan pada pemicu kerusuhan, selama
ini kesan pelaku kerusuhan tidak pernah mendapatkan law enforcement yang sepadan, karena adanya kendala bukti dan saksi
dalam kegiatan masa sulit didapatkan serta dukungan dari tokoh agama dan
anggota kelompok agamanya membuat pollisi sulit untuk memberikan punishment
kepada mereka.
c. Meningkatkan
komunikasi diantara umat bergama untuk mengurangi prasangka serta mempererat
kerukunan, komunikasi ini dalam bentuk dialog interaktif secara kontinu dengan
tujuan untuk membangun kesadaran sebagai bagian dari masyarakat plural kegiatan
bersama untuk membangun rasa percaya diantara umat beragama sertya refleksi dan
renungan keagaman untuk mensikapi perbedaan visi keagamaan.
d. Kesadaran
dari pemuka agama untuk tidak menjadikan agama sebagai alat politik, hal ini
memang tidak mudah karena politik berarti kekuasaan dan agama merupakan
kendaraan politik yang paling ampuh untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal
sebagian besar pemeluk agama tergolong pada masyarakat level bawah. Yang
mengedepankan emosi pada para pemimpin agama pollitiknya. Ditambah dengan
kekurang mampuan mengulas konflik dengan lebih bijaksana dalam tataran wacana
sehingga mudah sekali digiring pada aksi brutal untuk mempertahankan agamanya.
Oleh karena itu para pemimpin keagamaan diharapkan mengurangi perannya dalam
politik atau tidak memunculkan pendapat yang dirasuki oleh kepntingan politik.
Dari
berbagai model penyelesaian diatas, sebenarnya penyelesaian yang terfokus pada
peningkatan kesadran kelompok keagamaan merupakan cara yang paling efektif
dalam menurunkan konflik antar agama. Pembinaan pada pemeluk agama diarahkan
pada peningkatan kualitas akan nilai-nilai kebenaran dan menumbuhakan sikap
toleransi adalah suatu yang paling efektif dari pada mengkonsentrasikan pada
penambahan jumlah pengikutnya. Namun pada kehidupan sosila yang semakin penuh
dengan kompetisi maka penghayatan akan toleransi masih merupakan wacana yang
sulit untuk diimplementasikan pada tingkat realitas.
Di
dalam kehidupan bermasyarakat ada kecenderungan orang masih berfikir “ senang
melihat orang lain sakit, atau sakit hati bila meliahat orang lain senang “Padahal
toleransi harus didasari oleh kebutuhan kita untuk share saling berbagi persoalan dengan yang lain tanpa saling
manghalangi, mampu merasakan apa yang sedang terjadi pada ornag lain, kemampuan
empati seperti ini memang tidak mudah mudah untuk dilakukan selama tidak ada
keterbuakaan hati dan fikiran kita akan keberadaan orang lain, simpati pada apa
yang dilakukan orang lain selalu melihat bahwa apa yang dilakukan orang lain
pun patut kita hargai; menghormati pendapat, pandangan, keyakinan, perilaku,
agama, suku dan segala atribut orang atau kelompok lain. Kondisi seperti ini
bisa tercapai apabila kita terbiasa untuk mengkomunikasi dengan berbagai
tipikal orang yang berbeda, fanatisme
menggumpal karena jarang ada interaksi dan komunikasi dengan orang atau
kelompok lain berdasarkan subjektivitas dirinya, bahaya menggunakan ini adalah
semakin menyulitkan kita untuk menerima
kehadiran dan perubahan yang terjadi pada orang lain, karena setiap orang mau
tidak mau akan selalu berubah, sehingga pandangan kita pin akan berubah.
Objektifitas
muncul apabila kita mampu beriinteraksi mengedepankan consensus dari pada konflik dengan individu lain, selama
inipenyelesaian dengan konflik dianggaap lebih sesuai dalam mencapai tujuan
diri dan kelompok. Padahal sekali konflik miuncul akan semakin sulit kita
mengendalikan untuk tidak berkonflik atau akan muncul jenis konflik lain yang
semakin parah, yang menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang segala
persoalan yang terjadi pada orang lain,
memahami tidaklah mudah karena harus didasari oleh kkebersihan nurani
untuk melihat segala persoalan dengan lebih hati-hati dan jernih, tidak ada
keinginan untuk mengalahkan orang lain, dalam arti tidak selalu melihat
kelompok lain sebagi musuh namun lebih menekankan pada kemenangan semua pihak,
karena semua pihak adalah mitra dalam kehidupan sehari-hari serta menetapkan
bahwa kerja sama adalah modal sosial yang paling utama dalam membangun
interaksi bersama.
PENUTUP
Pada
dasarnya psikologi sosial sangat berhubungan dengan ilmu sosial lain nya,
dimana psikologi sosial merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya Peran
politik sebagai determinan dari perilaku karakteristik psikologi, maupun
sebaliknya perilaku dan karakteristik psikologi seseorang akan mempengaruhi
konteks sosio politik. Konteks sosio politik bersinergi dengan konteks ekologi
akan mengarahkan pada akulturasi, adaptasi biologis atau adaptasi budaya,
sehingga muncul perilaku yang teramati (observable
behavior) dan ciri-ciri psikologi yang tersimpulkan dari seseorang.
Selanjutnya
perilaku dan karateristik psikologis itu akan memberi dampak pada perubahan
konteks ek ologis dan konteks sosio-politik. Psikologi sosial juga dapat menjelaskan bagaimana kepemimpinam tidak
resmi turut menentukan suatu hasil keputusan dalam kebijakan politik dan
kenegaraan. Psikologi sosial menjelaskan pula kondisi-kondisi apa yang akhirnya
dapat meredakan sikap dan reaksi masyarakat terhadap gejala baru yang dihadapinya
itu.
REFERENSI
Baron. Robert A, Byrne Donn. 2003.
Psikologi sosial edisi kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Blog Phonk. “Hubungan Ilmu Politik
dengan Ilmu Lainnya”. Online. http://phonk.student.umm.ac.id/2010/01/28/hub-ilmu-politik-dengan-ilmu-lainnya/. Diakses 8 April 2012.
Matulessy,
Andik . 2005. Psikologi politik. Surabaya: Dieta persada.
Novita Bloskadit. “Hubungan Ilmu Politik
dengan Psikologi Sosial”. Online. http://hanoi5b.wordpress.com/2009/09/12/hubungan-ilmu-politik-dan-ilmu-ilmu-sosial-lainnya/.
Diakses 8 April 2012.
0 comments:
Post a Comment