A.
Latar
Belakang
Semua orang hampir bisa dipastikan
pernah mengalami apa yang disebut rasa cemas, gelisah, khawatir, dan panik. Dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan merupakan hal yang
wajar terjadi pada setiap individu seperti reaksi seseorang jika sedang
mengalami stress kerapkali disertai dengan suatu kecemasan. Namun apabila suatu
individu tidak dapat mengontrol ataupun meredam rasa cemas tersebut dalam
situasi dimana orang-orang pada umumnya mampu menangani kecemasan tanpa adanya
kesulitan yang dianggapnya begitu berarti maka dalam hal ini telah dikatakan
penyimpangan.
Menurut data National
Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta
orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut.
Gangguang kecemasan diperkirakan diderita oleh 1 dari 10 manusia.
Kecemasan pada individu
dapat muncul pada situasi yang biasanya dianggap sebagai moment yang berarti dalam hidupnya, seperti mahasiswa
baru yang mengalami kecemasan pada hari pertama kuliahnya, pada saat akan
berbicara di depan umum seperti persentasi atau diskusi besar, apabila akan
melaksanakan ujian atau bahkan orang dewasa yang cemas saat menanti hari
pernikahannya, dan lain-lain. Gangguan kecemasan akan
muncul apabila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, dan akan terjadi
perubahan perilaku atau perubahan metabolisme tubuh.
Pada makalah ini akan
dijelaskan lebih rinci mengenai anxiety
disorder tersebut dengan menggunakan analisis dari sebuah film yang
berjudul “The Aviator” yang diharap akan dapat membantu dalam memahami
ciri-ciri maupun penyebab dari gangguan kecemasan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas mengenai gangguan
kecemasan yang biasa dihadapi oleh individu. Dalam hal ini memiliki rumusan
masalah seperti:
1.
Apa yang dimaksud dengan
gangguan kecemasan (anxiety disorder)?
2.
Mengapa bisa terjadi
gangguan kecemasan?
3.
Bagaimana karakteristik
dari gangguan kecemasan?
4.
Seperti apa cara yang
digunakan dalam penanganan gangguan kecemasan?
C. Tujuan
Pada dasarnya makalah ini memiliki tujuan,
yaitu:
1.
Dapat memahami definisi
dari gangguan kecemasan (anxiety disorder)
2.
Untuk mengetahui
penyebab dari gangguan kecemasan
3.
Untuk memahami
karakteristik dari gangguan kecemasan
4.
Untuk mengetahui cara
yang digunakan dalam gangguan kecemasan
1. DEFINISI
GANGGUAN ANXIETAS
Anxiety Disorders /Gangguan Cemas adalah gangguan yang paling umum,
atau sering terjadi berupa gangguan mental, dimana dalam hal ini meliputi suatu
kelompok kondisi-kondisi yang terbagi antara gangguan cemas yang ekstrim atau
patologis sebagai gangguan yang mengenai suasana hati atau tekanan emosional.
Kecemasan, yang dipahami sebagai lawan dari ketakutan normal, adalah jelmaan
oleh gangguan suasana hati, seperti halnya berpikir, perilaku, dan aktivitas
fisiologis.
A.
Serangan panik dan Gangguan Panik
Serangan Panik adalah periode
terpisah dari rasa takut yang sangat atau rasa tidak nyaman yang berhubungan
dengan sejumlah symptom somatic dan kognitif ( DSM-IV).Kumpulan gejala ini
meliputi palpitasi ,berkeringat, gemetar, nafas tersengal ,rasa seperti
tercekik,sakit dada (sesak),mual dan gangguan saluran cerna ,pusing atau kepala
berputar-putar , kesemutan,rasa panas yang menjalar di muka.Serangan ini
biasanya terjadi tiba-tiba , dengan lama serangan berkisar 10 sampai dengan 15
menit.
B.
Fobia
Fobia adalah ketakutan yang
berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu.
sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang
pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan
terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan
penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.
a. Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.
b. Fobia Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
C.
Obsesif-komplusif
(OCD)
Obsesi
adalah pikiran,impuls,dan citra yang menganggu dan berulang yang muncul dengan
sendiriannya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak
terlalu tampak irasional bagi individu yang mengalaminya.
Komplusi adalah
perilaku atau tindakan mental repetitife yang mana seseorang merasa didorong
untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketengangan yang disebabkan
pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana.
D.
Gangguan
Anxiety menyeluruh
Gangguan Anxiety menyeluruh yaitu
terus menerus merasa cemas, sering kali tentang hal-hal kecil. Orang yang
mengalami Anxiety menyeluruh memiliki kekhawatiran kronis terus menerus rnencakup situasi
hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan
somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak,
diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan
terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada
gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan
bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk
santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya,
cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan
mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat
konsentrasi.
E.
Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca
Trauma)
PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang
biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana
alam. PTSD biasanya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali
dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan
PTSD.
2. ETIOLOGI
ANXIETY DISORDER
A. Gangguan Fobia
Ada beberapa teori
yang mengemukakan tentang penyebab fobia, diantaranya :
1.
Teori
Psikodinamika
Menurut
Freud, yang merupakan tokoh psikodinamika mengatakan bahwa fobia merupakan
suatu sinyal bahaya bahwa impuls-impuls yang mengancam yang bersifat seksual atau
agresi mendekat ke taraf kesadaran . Kecemasan ini dialihkan dari impuls id
yang ditakuti dan di pindahkan ke suatu objek atau situasi yang memiliki
koneksi simbolik dengannya. Untuk menghalau impuls-impuls yang mengancam ini, ego mencoba untuk menghalangi atau
mengalihkannnya melalui mechanism
defense. Misalnya pada fobia yang difungsikan adalah proyeksi. Suatu reaksi
fobik melbatkan proyeksi dari impul-impuls yang mengancam yang berasal dari
indivdu tersebut kemudian dipindahkan ke objek fobia.
2.
Teori
Behavioral
Teori ini berfokus
pada peran pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Beberapa tipe
pembelajaran tersebut diantaranya :
a.
Avoidance conditioning
Avoidance
conditioning dilandasi oleh teori dua faktor yang di ajukan oleh Mowter
(Davidson dkk, 2004) menyatakan bahwa fobia berkembang dari dua pembelajaran
yang saling berkaitan, yaitu :
1.
Melalui
classical conditioning seseorang
dapat belajar untuk pada suatu stimulus netral jika stimulus tersebut
dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinstik menyakitkan atau menakutkan
2.
Seseorang
dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengan melarikan
diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant
conditioning.
b.
Modeling
Ketakutan dapat dipelajari dengan meniru perilaku
orang lain. Dengan perilaku fobia dapat dipelajari melaui modeling bukan
melalui pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap objek atau situasi yang
ditakuti. Pembelajaran terhadap rasa takut dengan mengamati perilaku orang lain
disebut sebagai vicarious learning .
ini juga terjadi melalui instruksi verbal, yaitu deskripsi yang diberikan oleh
orang lain tentang apa yang mungkin terjadi selain melalui observasi terhadap
ketakutan orang lain.
3.
TEORI
KOGNITIF
Teori ini secara
khusus mengatakan bahwa proses berfikir manusia dapat berperan sebagai
diathesis dan bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Menurut teori
kognisi terjadi karena adanya distorsi pemikiran
B. Gangguan panik
Ada 2 teori yang menjelaskan tentang penyebab gangguan panic, yaitu :
1.
Teori
biologis
Menurut
teori ini penyebab seseorang mengalami gangguan kepanikan diantaranya sensasi
fisik yang disebabakan oleh suatu penyakit serta sifat-sifat biologis dapat meningkatkan timbulnya gangguan panik.
Penyebab
gangguan panik lain menurut teori biologi adalah karena adanya aktivitas yang
berlebihan dalam system noradegrenergik (neuron yang menggunakan norephinefrin
sebagai neurotransmiter) yang disebabkan oleh suatu masalah dalam neuron gamma-aminobutyric (GABA) yang secara
umum menghambat aktivitas noradegrenik.
2.
Teori
psikologis
Teori Classical conditioning, mengatakan bahwa
kondisi panic menjadi terkondisi secara klasikal pada sensasi fisik. Hal ini
didukung oleh beberapa studi dimana orang-orang yang menderita gangguan panic
mengatakan bahwa gangguan tersebut sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikendalikan dan tidak dapat diprediksi.
C. Gangguan
Anxietas Menyeluruh (generalized anxiety
disorder )
1. Perspektif
psikoanalisis
Teori ini mengatakan
bahwa sumber kecemasan secara menyeluruh disebabakan oleh konflik yang tidak
disadari antara ego dan impuls-impuls id. Impus-impuls ini biasanya bersifat
seksual atau agresif dan berusaha untuk mengekspresikan diri namun ego tidak
membiarkannya karena tanpa disadari adanya ketakutan terhadap hukuman yang
diterima sehingga menyebabkan individu menekan impuls-impuls tersebut kealam
bawah sadar. Dengan demikian, individu selalu mengalami kecemasan.
2. Perspektif
kognitif-behavioral
Menurut teori ini
gangguan disebabkan oleh proses berpikir yang menyimpang. Orang dengan gangguan
anxietas menyeluruh seringkali mempersepsikan kejadian-kejadian biasa menjadi sesuatu yang mengancam dan
kognisi mereka terfokus pada antisipasi bencana pada masa mendatang. Sensitivitas
pasien gangguan anxietas menyeluruh yang sangat tinggi terhadap stimulus yang
mengancam juga muncul walaupun stimulus tersebut tidak dapat diterima secara
sadar.
D. Gangguan
obsesif-kompulsif
1.
Teori
psikoanalisis
Dalam teori ini,
obsesi dan kompulsif dipandang sebagai hal yang sama, yang disebabkan oleh
dorongan instingtual, seksual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan
karena toilet training yang terlau keras yang kemudian terfiksasi pada tahap
anal. Gejala-gejala yang muncul mencerminkan hasil perjuangan antara id dan mechanism defense, kadang insting
agresif id yang mendominasi, dan kadang juga mechanism defense yang mendominasi.
2.
Teori
behavioral dan kognitif
Teori ini menganggap
kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh reduksi rasa
takut, misalnya mencuci tangan secara kompulsi respon dalam mengurangi
kekhawatiran obsesional dan rasa takut terhadap kontaminasi kotoran atau kuman.
Perilaku kompulsi serin g muncul karena stimuli yang menimbulkan kecemasan
sulit disadari.
Pendapat lain dalam
teori ini mengatakan bahwa kompulsi disebabkan oleh etiologi deficit memori. Ketidakmampuan untuk mengingat suatu
tindakan secara kurat atau membedakan
antara perilaku actual dengan perilaku yang dibayangkan dapat menyebabkan
seseorang berulangkali melakukan pengecekan.
3.
Faktor
biologis
Dua area otak yang
dapat berpengaruh terhadap gangguan obsesif-kompulsif, yaitu lobus frontalis dan ganglia
basalis. Pada sebuah studi pemindai dengan PET menunjukkan peningkatan
aktivitas lobus frontalis pada pasien OCD, yang mungkin mencerminkan
kekhawatiran berlebihan terhadap pikiran mereka sendiri. Pada ganglia basalis , yaitu suatu system
yang berhbungan dengan pengendalian perilaku motorik memiliki relevansi dengan
kompulsi dan berhubungan dengan OCD.
E. Gangguan
Stress Pascatrauma
1.
Faktor
– faktor resiko
Terdapat beberapa factor resiko Gangguan stress
pascatarauma jika dilihat dari peristiwa traumatis yang dialami, misalnya nyawa
yang terancam, pemisahan dari orang tua di masa kecil,berjenis kelamin
perempuan, berbagai pengalaman traumatis dan gangguan yang di alami sebelumnya.
Perkembangan gangguan
stress pascatarauma diasosiasikan dengan dengan kecenderungan untuk bertanggung
jawab atas kegagalan dan emosi dalam menghadapi stress.
2.
Teori
– teori psikologis
Menurut teori belajar
gangguan stress pascatraumatik terjadi karena pengkondisian klasik terhadap
rasa takut. Misalnya ketika seorang wanita yang pernah diperkosa merasa takut
untuk berjalan di lingkungan tertentu (CS) karena di perkosa ditempat itu
(UCS). Berdasarkan rasa takut yang dikondisikan secara klsik tersebut, terjadi
penghindaran yang secara negative dikuatkan oleh berkurangnya rasa takut yang
dihasilkan oleh ketidakberadaan dalam CS.
Menurut teori
psikodinamika mengatakanbahwa ingatan tentang kejadian traumatic muncul secara
konstan dalam pikiran seseorang dan sangat menyakitkan sehingga dengan sadar
mereka merepresinya.
3.
Teori
– teori biologis
Trauma dapat
mengaktivasi system noradregenik, meningkatkan level norepinephrin sehingga
membuat yang bersangkutan lebih mudah terkejut dan cepat mengekspresikan emosi
dibandingkan kondisi normal.
3
KRITERIA DIAGNOSIS
GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY DISORDER)
NO
|
GANGGUAN
|
KRITERIA
|
|
DSM
IV-TR
|
PPDGJ
III
|
||
1
|
Fobia
|
a.
Ketakutan
yang berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleeh objek atau
situasi
b.
Keterpaparan
dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
c.
Orang
tersebut menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis
d.
Objek
atau situasi terebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.
|
a.
Fobia
social (F40.1)
-
Gejala
psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dan anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
-
Anxietas
harus mendominasi atau terbatas pada
situasi social tertentu (out side the family cycrcle)
-
Menghindari
situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
b.
Fobia
spesifik (F40.2)
-
Gejala
psikologik otonomik yang tmbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bvukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif
-
Anxietas
harus terbatas pada objek atau situasi fobik tertentu
-
Situasi
fobik tersebut sebisa mungkin dihndarinya
|
2
|
Panik (Panic Disorder/PD)
|
a.
Serangan
panic berulang tanpa terduga
b.
Sekurang-kurangnya
selama satu bulan terdapat kekhawatiran akan terjadinya serangan berikutnya
atau kekhawatirn atas konsekuensi yang diterima ketika serangan terjadi atau
perubahan perilaku karena serangan yang dialami
|
a.
Gangguan
panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik
b.
Untuk
diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berturut-turut
dalam masa kira-kira sebulan
-
Pada
keadaan-keadaan mana sebenarnyta secara obyektif tidak ada bahaya
-
Tidak
terbatas pada situasi yang diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
-
Dengan
keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode antara
serangan-serangan panik
|
3
|
Anxietas
menyeluruh
(General Anxiety Disorder/ GAD)
|
a.
Kecemasan
dan kekhawatiran yang berlebihan
b.
Kekhawatiran
tersebut sulit untuk dikendalikan
c.
Pasien
mengalami tiga atau lebh diantara hal-hal berikut: ketidaksabaran, sangat
mudah lelah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot,
gangguan tidur.
|
a.
Kecemasan
(khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi,
dsb),
b.
Ketegangan
motorik (gelisah, saki tkepala, gemetaran, tidak dapat santai, dan
c.
Overaktivitas
motorik (kepala ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
|
4.
|
Obsesif-Kompulsif
(obsessive-compulsive disorder/ OCD)
|
a.
Obsesif,
pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls, atau dorongan-dorongan yang
menyebabkan kecemasan
b.
Kompulsif
perilaku dan tindakan mental repetitive yang dilakuakn seseorang untuk
menghilangkan ketegangan
|
a.
Untuk
mendiagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,m atau
kedua-duanya, harus ada hamper setiap hari selam setidaknya dua minggu
berturut-turut.
b.
Hal
tersebut merupakan sumber penderitaan (*distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
c.
Gejala-gejala
obsesif harus mencakup hal-hal berikut
-
Harus
disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
-
Pikiran
untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti yang dimaksud di atas)
-
Gagasan,bayangan,
pikiran dan impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
d.
Ada
kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi dapat menunjukkan perilaku
obsesif selama masa depresinya
|
5.
|
Stres
Pasca Trauma
(Posttraumatic stress disorder/ PTTD)
|
a.
Pemaparan
pada suatu keadian tramatik menyebabkan ketakutan ekstrem
b.
Kejadian
tersebut dialami utang
c.
Orang
yang bersangkutan menghindari stmuli yang diasosiasikan dengan trauma dan
memilki ketumpulan respontivitas
d.
Simtom-simtom
ketegangan berlebihan seperti respons tyerkejut yang berlebihan
e.
Durasi
simtom lebih dari satu bulan
|
Pasca trauma (F43.1)
a.
Diagnosis
baru ditegakkan apabila gangguan ini timul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatic berat. Kemungkinan diagnosis msih dapaty ditegakkan
apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melwebihi 6y
bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat
alternative ategori gangguan lainnya.
b.
Sebagai
bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayangan-banyangan atau
mimpi-mimpi dai kejadian-kejadian trsaumatk tersebut secara berulang-ulang
kembali (flashback)
c.
Gangguan
otonomik, gangguan afek,k dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai
diagnosis tetapi khas.
d.
Suatu
‘sequale’ menahun yang terjadi lambat
setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah
trauma, diklasifikasi dalam kategori F63.0 (perbahan kepribadian yang
berlangsung lama setelah katasfora)
|
4. STUDI
KASUS
Menganalisis kasus
dalam film The Aviator (2004)
A.
TEMA
KASUS
Film ini
mengisahkan kehidupan Howard Hughes (Leonardo DiCaprio) yang merupakan seorang
pengusaha sukses asal Texas. Dia adalah sutradara film—film epik besar pertama
sejak jaman film bersuara, Hell’s Angels yang sempat mencetak film termahal
dunia, dan film western vulgar. Dia juga merupakan produser film—yang paling
terkenal adalah Scarface versi asli tahun 1932 dengan sutradara Howard Hawks.
Dan, kecintaannya terhadap penerbangan membuatnya dirinya bangga dijuluki Sang
Penerbang. Film ini adalah mengenai karirnya yang penuh pertaruhan besar dalam
perfilman maupun industri pesawat, kisah cintanya yang penuh petualangan, dan
penyakit yang dideritanya.
Kisah
dalam film ini berawal dari saat Howard kecil dimandikan oleh ibunya. Saat
menyabuni Howard kecil, Ibunya memberi sugesti kepadanya bahwa dunia luar itu
jahat karena terdapat banyak penyakit seperti kolera dan tifus sehingga dia
tidak aman berada disana, dan ibunya selalu mengajari Howard mengeja kata
“QUARANTINE”, pada saat membersihkan dirinya.
Setelah menginjak usia
dewasa Howard tumbuh menjadi yang perfeksionis dan segala yang ia mau harus
didapat dan apa yang ia kerjakan hasilnya harus sempurna. Semua karyawan Howard
haruslah bersih, seperti memakai sarung tangan apabila sedang bekerja, dan
apabila ada karyawannya yang terlihat tidak bersih Howard tidak segan-segan
untuk memecatnya. Howard juga merasa sangat tidak nyaman jika bertemu dengan
orang yang tidak dia suka, contohnya ketika seseorang terlihat dekat dengan
pacarnya ia akan segera mencuci tangannya berulang-ulang kali bahkan sampai berdarah dengan menggunakan
sabun yang sama dengan sabun yang biasa ibunya pakai untuk membersihkan
tubuhnya. Apabila ia membenci sesorang (putus dari kekasihnya), ia tidak
segan-segan untuk membakar semua bajunya yang pernah disentuh oleh orang
tersebut. Ia melakukan itu karena menganggap semua itu kotor, dan ia harus
bersih dari kotoran-kotoran tersebut.
Walaupun, Howard
adalah seorang pengusaha yang cukup sukses ia sangat tidak suka dengan
keramaian, ini terjadi ketika ketika
Howard berjalan di red
carpet dalam suatu pesta , ia merasa tidak nyaman dengan adanya banyak
orang dan kamera yang menyorotnya. Sehingga ia hanya bisa diam dan
bertingkah aneh.
Puncak dari
penyakitnya ini sewaktu ia tertuduh menggunakan uang peperangan untuk biaya
pesawat yang dibuatnya yang belum pernah diuji. Ketika itu ia depresi sehingga
ia mengurung diri di dalam ruangan dalam waktu yang cukup lama. Selama ia mengarantina
dirinya ia sering mengulang ulang kalimat termasuk mengeja kata
‘Q-U-R-A-N-T-I-N-E’ , bahkan ia sendiri pun berusaha untuk menghentikan
ucapannya itu. Sikap obsesifnya terhadap kuman dan kotoran pun semakin besar.
Suatu waktu Howard
diisukan memiliki skandala penyelundupan uang, untuk mengusut kasus Howard, ia
diharuskan untuk hadir dalam Sidang putusan di pengadilan. Howard kemudian
bertekad untuk sembuh dan berusaha membuktikan balik bahwa ada suap antara komite
penerbangan dengan rivalnya.
Howard juga ingin
membuktikan bahwa pesawat superbesar yang ia buat benar-benar bisa terbang.
Lewat adu argument yang alot dan menegangkan, Howard diberi kesempatan jika
benar bisa menerbangkan pesawat raksasanya maka ia akan bebas dari segala
tuntutan. Adegan yang sangat mengharukan dan menegangkan terlihat ketika Howard
berhasil menerbangkan pesawat yang selama ini menjadi cemo’ohan orang karena
dianggap mengada-ada. Kehormatan Howard pun akhirnya kembali, namun sayang
gangguan kepribadian obsesif-compulsif yang ia derita masih juga ada.
B. PERMASALAHAN
·
Howard
Hughes adalah seorang yang sangat sensitive terhadap sesuatu yang kotor dan
lingkungan terbuka yang cenderung tidak higienis
a.
Ketika ia sedang dinner
bersama rekan dan pacarnya. Howard ingin memakan makanannya, tiba-tiba salah satu rekannya yang bernama Errol mengambil
sedikit kacang yang terdapat pada
makanan Howard dengan tangan kosong.
Howard terlihat sangat jijik dan memutuskan untuk meninggalkan pesta dengan
pacarnya, Kate.
b.
terlihat pada saat ia melihat ada sedikit kotoran di jas yang
dipakai salah satu koleganya Bob.
Howard sampai memohon
kepada Bob untuk membersihkannya
dengan sapu tangan kemudian menyuruhnya untuk
membuang sapu tangan tersebut.
·
Ketika
depresi dan pada saat sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada Hughes ke-obsesifannya terhadap kebersihan semakin
meningkat hal ini ditandai dengan ia mengunci diri dalam ruangan bioskop untuk
menghindari kondisi yang tidak higienis diluar, hal ini juga disertai dengan
mengucapkan kata Quarantine berulang-ulang dan kalmat-kalimat lain, sekalipun
ia berusaha untuk menghentikannyan Selain itu, ia juga melakukan hal-hal yang
aneh. Salah satunya adalah menyimpan
air kencingnya di
botol bekas susu dan
berhalusinasi dengan melihat
ada seorang laki-laki
yang mengguna sarung tangan,
datang menghampirinya. Ketika
Kate mengunjungi dan
ingin berbicara
C. LATAR
BELAKANG MASALAH
·
Penyakitnya
tersebut akan semakin akut ketika dia berada dalam keadaan depresi dan kondisi tidak
menyenangkan.
·
Howard
memiliki sifat yang perfeksionis menginginkan sesuatu yang sempurna tanpa cela
sedikitpun.
·
Hasil
learning semasa kecil yang terus menerus dipelajari dan diyakini sebagai suatu
kebenaran, mengenai konsep dunia yang tidak aman bagi dirinya. Cuplikan awal
film Howard kecil sedang dimandikan oleh ibunya, ketika itu anak yang berperan
sebagai Howard diperkirakan berusia sepuluh tahun. Ibu Howard Hughes menyuruh Howard
untuk mengulang-ulangi ejaan kata ‘Q-U-A-R-N-T-I-NE’, ia juga menyugesti Howard
bahwa Howard berada dalam kondisi tidak
aman, karena ada berbagai macam penyakit diluar seperti kolera dan tifus yang
bisa membuat kondisi kesehatan Howard tidak baik. Sehingga dapat dikatakan
keluarga Howard sangat menuntut pentingnya kehigienisan.
·
Howard
cenderung kaku dalam berfikirdan kurangnya konformitas.
·
Ekspresi
emosi yang tertahan, fiksasi atau agresi pada fase oral.
D. DIAGNOSA
Dari analisis yang
telah dipaparkan diatas Howard Hughes menderita gangguan Obsesif-Kompulsif
(OCD) .
Kriteria Obsesif
Kompulsif berdasarkan PPDGJ-III
a. Untuk
mendiagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,m atau
kedua-duanya, harus ada hamper setiap hari selama setidaknya dua minggu
berturut-turut.
Dari Sekuen awal film
ini terjadi di tahun1920-an Howard telah menunjukkan tanda-tanda obsesif
terhadap kebersihan hingga sekuen terakhir di tahun 1947 ia pun masih memiliki
gejala kompulsif. Ini membuktikan bahwa
gejala obsesif-kompulsif yang diderita oleh Howar telah terjadi puluhan tahun.
b. Hal
tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
Gejala-gejala yang dialami oleh Howard telah
mengganggu kehidupannya, ini ditandakan melalui beberapa peristiwa berikut:
- Howard merasa jijik sehingga tidak jadi makan karena amakanan tersebut telah disentuh
oleh tangan temannya.
- sehari-hari
ia tidak pernah memegang gagang pintu dengan tangan. Ia menggunakan tisu atau
alas untuk memegangnya.
- Saat penyakitnya
semakin akut ia mengarantina dirinya diruangan selama beberapa bulan.
c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup
hal-hal berikut
- Harus
disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
Dalam film ini, gejala
obsesif yang diderita Howard berasal dari pikirannya sendiri yang
termanivestasi dari raut wajah yang risih terhadap segala hal yang berhubungan
dengan dunia luar yang terbuka tidak higienis, seperti pada makanan yang telah
disentuh dan gagang pintu
- Pikiran
untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti yang dimaksud di atas)
Howard merasa terpuaskan
kecemasannya (obsesifnya) jika menghilangkan hal-hal yang membuat dia cemas
dengan tindakan kompulsif, salah satu contohnya saat pacarnya terlihat dekat
dengan laki-laki lain maka dia akan pergi ke toilet untuk mencuci tangannya dan
mengeringkannya dengan handuk berulang-ulang
- Gagasan
bayangan, pikiran dan impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
Pengulangan kata seperti kata "Quarantine”, seperti kata “the way of the future” yang selalu ia
ulangi, Ia berusaha menghentikan dirinya untuk mengulang-ulangi kata-kata
tersebut sehingga jelas bahwa repetisi yang dilakukan Howard tidak menyenangkan.
c. Ada
kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresi
dan sebaliknya penderita gangguan depresi dapat menunjukkan perilaku obsesif
selama masa depresinya.
Dalam film ini, gejala obsesif nya semakin kuat
ketika ia dalam keadaan depresi, saat Howard dituntut telah menggunakan dana
peperangan untuk membuat pesawat yang belum dapat terbang. Saat itu, ia menutup diri dengan lingkungan luar dengan
mengarantina dirinya di ruang bioskop , gejala kompulsifnya semakin sering
terlihat dengan pengulangan (repetitive) terhadap kalimat-kalimat tertentu.
E. EVALUASI
KASUS
Dengan pendekatan
terori behavioral
Teori behavioral
menganggap bahwa kompulsi sebagai perilaku yang diperlari dikuatkan oleh
kondisi rasa takut. Sebagai contoh, Howard mencuci tangannya dan mengelapnya
secara kompulsif dianggap sebagai respon pelarian operan yang mengurangi
kekhawatiran obsesional dan ketakutannya terhadap kontaminasi oleh kotoran dan
kuman, begitupun terhadap peristiwa –peristiwa depresi yang dialaminya.
Terapi yang dapat
dilakukan menurut pendekatan teori behavioral untuk kasus OCD yaitu dengan
pemaparan pencegahan ritual. Semisal dengan memegang sesuatu yang kotor
kemudian menghindari untuk tidak melakukan ritual yang senantiasa dilakukannya
yaitu mencuci tangan. Asumsi dari terapi ini merupakan penguatan negative untuk
mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh stimulus dari lingkungannya.
Mencegah ritual ini akan memaparkan pada stimulus yang menimbulkan kecemasan
sehingga memungkinkan untuk terhapusnya kecemasan tersebut
PENUTUP
Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif
atau perasaan takut yang menyeluruh, dan hal ini merupakan sesuatu yang wajar
terjadi pada setiap individu, akan tetapi bila hal ini terlalu berlebihan maka
dapat menjadi suatu yang abnormal. Anxiety
disorder berupa gangguan fobia, gangguan
panik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan
anxietas menyeluruh, dan gangguan
stres pasca trauma. Kecemasan muncul karena individu memikirkan atau
membayangkan suatu tindakan atau peristiwa yang dilakukan secara berlebihan,
sehingga pada saat melakukan kegiatan tersebut individu cenderung merasa
tertekan akan tindakan yang pernah dibayangkannya secara berlebihan. Gangguan
kecemasan ini merupakan salah satu bentuk dari penyakit mental. Penyebabnya
bisa apa saja, seperti ketidakseimbangan kimia dalam tubuh, perubahan struktur
otak, stres lingkungan, trauma dan phobia,
dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardi Ardiani,Tristiadi . 2011. Psikologi Abnormal. Bandung : Penerbit Lubuk Agung .
Davidson, Gerald C, John M. Neale, Ann M. Kring. 2004.
Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali
Pers.
Maslim,
Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Atmajaya
Wiramihardja, Sutardjo A.. 2005. Pengantar
Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.
assalamualaikum,
ReplyDeleteAwalnya aku insomnia,trz skarang aku mengidap pnyakit anxiety disorder..minta e-mailmu dong,spertinya aku butuh seorang psikiater...tlong..thx
Wassalam..
Waalaikumsalam
ReplyDeletemaaf mas, untuk sampe ke jenjang terapi sepertinya saya masih belum bisa dengan status yang masih mahasiswa semester 3 :)
silahkan hubungi psikolog terdekat saja, terima kasih :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete